Jumat, 25 Januari 2019

Masalah-Masalah Belajar dan Pembelajaran




Masalah-Masalah Belajar dan Pembelajaran 


A. Jenis-Jenis Masalah Belajar 

Diantara banyak siswa di sekolah ada siswa yang berprestasi, namun banyak pula yang dijumpai siswa yang gagal. Secara umum, siswa-siswa yang mengalami nilai dan angka rapor banyak rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya dapat dianggap sebagai siswa yang mengalami masalah belajar. Seseorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. 

Masalah belajar meliputi banyak aspek, Prayitno (Herman dkk, 2006:149-150) mengemukakan masalah belajar sebagai berikut : 

  1. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal. 
  2. Kecepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memilki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untukmemenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi. 
  3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. 
  4. Kurang motivasi belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas. 
  5. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatannya tau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya. 


Menurut Modul Diagnostik Kesulitan Belajar Dan Pengajaran Remedial, beberapa ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain : 

  1. Menunjukan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya. 
  2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah. 
  3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia. 
  4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang,berpura-pura, dusta dan sebagainya. 
  5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, menganggu dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama dan sebagainya. 
  6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal, dsb 


Burton (1952 : 622-624) mengidentifikasi bahwa seorang siswa itu dapat dipandang atau dapat diduga sebagai mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. 
Kegagalan belajar didefenisikan oleh Burton sebagai berikut : 
  1. Siswa dikatakan gagal, apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion referenced). Dalam kontek sistem pendidikan di Indonesia angka nilai batas lulus (passing grade, grade-standard-basis) itu ialah angka 6 atau 60% atau C (60% dari tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal), siswa ini dapat digolongkan kepada lower group. 
  2. Siswa dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya ( berdasarkan tingkat ukuran kemampuan : intelegensi : bakat ) ia diramalkan (predicted) akan dapat menyerjakan atau mencapai prestasi tersebut, siswa ini digolongkan kedalam under achievers. 
  3. Siswa dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan termasuk penyesuaian sosisal, dengan pola organismik (his / organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm referenced) siswa yang bersangkutan, dapat dikatagorikan ke dalam slow learners. 
  4. Siswa dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (mastery level) yang diperlukan sebagai persyaratan (prerequisisi) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya, siswa ini dapat digolongkan kedalam slow learners atau belum matang (immature) sehingga harus menjadi pengulang.

Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. Seperti ukuran kriteria yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuannya. 


Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilalui atau dijalani murid-murid disekolah maupun diluar sekolah terdapat berbagai kesulitan yang dapat ber-sumber dari dirinya sendiri, pelajaran yang diterima, guru-guru, teman-teman, kelurga dan sebagainya.




B. Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Belajar 

Faktor-faktor penyebab timbulnya masalah belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: 

1. Faktor-faktor internal (yang berada pada diri siswa itu sendiri), antara lain: 


a. Faktor Psikologis 

· Intelegensi
Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan siswa-siswa yang berintelegensi rendah. 

· Bakat
Apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. 

· Motivasi
Prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak mempunyai motivasi dalam belajar 
  • Minat 
  • Kematangan 




b. Faktor Biologis 

Gangguan secara fisik. Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat penglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. Seperti gangguan visual yang sering disertai dengan gejala pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran. 


2. Faktor-faktor eksternal (yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari: 

a. Lingkungan sekolah, antara lain: 

  •  Sifat kurikulum yang kurang fleksibel. 
  •  Terlalu berat beban belajar (siswa) dan untuk mengajar (guru). 
  •  Metode mengajar yang kurang memadai dan tidak menarik. 
Apabila guru menggunakan metode yang sama untuk semua bidang studi dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa dalam belajar. 

Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa yang kurang harmonis. Dalam proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan antar siswa tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk bekerja sama, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. Karena antar personal sekolah akan saling menyebutkan kelemahan dari personal lain dan terjadinya persaingan yang kurang sehat. 

  • · Sarana dan prasarana. 

Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar. Alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku sumber yang diperlukan sulit didapatkan, ruang kelas tidak mencukupi syarat seperti terlalu panas, pengap, dan ruang kecil yang tidak sesuai dengan jumlah siswa. 

b. Lingkungan keluarga (rumah), antara lain: 

· Keadaan ekonomi keluarga 

Apabila anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus bekerja membantu mencari tambahan ekonomi keluarga akan menimbulkan kesulitan bagi anak, mungkin akan terlambat datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan, tidak dapat memusatkan perhatian karena sudah lelah dan sebagainya. 

· Hubungan antar sesama anggota keluarga. 

Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis misal orang tua sering bertengkar didepan anak, orang tua sering marah pada anak, orang tua otoriter, peraturan dalam keluarga kaku, orang tua keras dan sebagainya. Hal ini semua dapat mengangu anak belajar, sebagai akibatnya mungkin anak tidak bisa berkonsentrasi belajar, anak sering melamun waktu belajar atau anak mencari perhatian guru dengan menganggu teman dan sebagainya. 

· Tuntutan orang tua yaitu bila tuntutan orang tua itu tidak sesuai dengan kemampuan anak. Misalnya orang tua menuntut anaknya supaya juara dikelasnya, sedangkan anak sendiri tidak mampu atau ada orang tua menuntut agar nilai matematika, IPA harus tinggi, sedangkan anak tidak mampu atau anak tidak punya minat atau bakat untuk bidang studi itu. 

· Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya. 

· Siswa tulang punggung keluarga. 

c. Lingkungan masyarakat, antara lain: 

· Media cetak seperti komik, buku-buku pornografi, dan sebagainya. 

· Media elektronik seperti TV, VCD, Playstation, dsb. 



C. Cara Pengungkapan Masalah Belajar 

Menurut Prayitno (1995:90-94) siswa yang mengalami masalah belajar dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan melalui : 

1. Tes Kemampuan Dasar 

Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau intelegensi tertentu. Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan mengadministra-sikan tes intelegensi yang sudah baku. 

2. Melalui Pengisian AUM PTSDL 

Siswa mengisi alat ungkap masalah yang berkenaan dengan masalah. Alat ini dapat mengungkapkan prasyarat pengasaan materi, keterampilan belajar, diri pribadi dan lingkuana belajar. 

3. Tes Diagnostik 

Tes diagnostik merupakan instrumen untuk mengungkapkan adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu, misalnya untuk bidang studi matematika, apakah dijumpai kesalahan-kesalahan dalam operasi matematika atau dalam pemakaian rumus. 

Dengan tes diagnostik sebenarnya sekaligus dapat diketahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam bidang studi tertentu. 



4. Analisis Hasil Belajar 

Tujuan analisis hasil belajar sama dengan tujuan tes diagnostik, yaitu untuk mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Analisis hasil belajar prosedur dan pelaksanaannya di-lakukan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang ditampilkan siswa, baik melalui tulisan, bentuk grafik atau gambar, bentuk tiga dimensi berupa model, maket, dan bentuk tiga dimensi hasil kerajinan dan keterampilan tangan, gerak gerik suara, bentuk hasil belajar lainnya dapat berupa foto, film, ataupun rekaman video. 

Di samping pengungkapan masalah belajar tersebut di atas, dapat juga dilakukan melalui pengamatan langsung dan mengunakan tes bakat dan minat terhadap siswa. 

5. Langkah-langkah atau prosedur dan teknik pengunaan masalah (diagnosa kesulitan belajar) 

1) Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Cara yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar ialah dengan menandai siswa dalam satu kelas yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar dalam satu bidang studi. 

2) Melokalisasi letaknya kesulitan ( permasalahan), setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka selanjutnya yang ditelaah adalah : 

a. Dalam bidang studi manakah kesulitan itu terjadi ? , 

b. Pada kawasan tujuan ( aspek prilaku ) yang manakah kesulitan itu terjadi ?, 

c. Pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu terjadi ?, 

d. Dalam segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi?. 

3) Lokalisasi jenis faktor sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan. 

Pada garis besarnya sebab kesulitan timbul oleh dua hal yaitu : 

a. Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri murid itu sendiri, antara lain disebabkan : 

  • Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelegensi, atau kecakapan/bakat khusus tertentu dapat diketahui melalui tes tertentu. 
  • Kelemahan fisik, pancaindera, syaraf, kecacatan, karena sakit dan sebagainya. 
  • Gangguan yang bersifak emosional. 
  • Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran –pelajaran tertentu. 
  • Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memenuhi bahan lebih lanjut. 

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar, faktor ini meliputi : 

  • Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang murid untuk aktif antisitatif. 
  • Sifat kurikulum yang kurang fleksibel. 
  • Ketidak seragaman pola dan dan standard administrasi. 
  • Beban studi terlalu berat. 
  • Metoda mengajar yang kurang memadai. 
  • Sering pindah sekolah. 
  • Kurangnya alat dan sumber belajar. 
  • Situasi rumah kurang mendukung untuk aktifitas belajar 
4) Perkiraan kemungkinan bantuan 

Kalau sudah ditelaah letak kesulitan, jenis dan sifat kesulitan dengan latar belakang, faktor-faktor yang menyebabkan, maka akan dapat memperkirakan : 

a) Apakah siswa tersebut mungkin dapat dibantu untuk mengatasi kesulitan atau tidak. 

b) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa tersebut. 

c) Kapan dan dimana pertolongan itu diberikan. 

d) Siapa yang dapat memberikan pertolongan. 

e) Bagaimana cara memberikan pertolongan secara efektif. 

f) Siapa sajakah yang harus dilibatkan dalam memberikan pertolongan itu. 

5) Penetapan kemungkinan cara mengatasinya 

Langkah kelima ini adalah langkah menyusun satu rencana atau beberapa alternatif rencana untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu, 

a) rencana hen-daknya berisi cara-cara yang harus ditempuh untuk mengatasi kesulitan yang dialami      siswa tersebut. 

b) menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang. 


6) Tindak lanjut 

Kegiatan tindak lanjut dapat berupa : 

a) melaksanakan bantuan berupa pemberian pengajaran perbaikan pada bidang studi yang mengalami kesulitan. 

b) Membagi tugas dan peranan pada orang-orang tertentu : guru bidang studi, guru pembimbing. 

c) Senantiasa mencek kemajuan siswa yang diberi bantuan. 

d) Mereveral siswa yang menurut perkiraan tidak bisa dibantu oleh guru studi atau guru pembimbing. 



D. Upaya Pengentasan Masalah Belajar 

Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapat bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang mengalami masalah belajar ini dapat berkembang secara optimal. Menurut Prayitno (Herman dkk, 2006:159-160) masalah belajar siswa dapat dientaskan melalui, yaitu : 

1. Pengajaran Perbaikan 

Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalah-kelasalahan dalam proses dan hasil belajar siswa. Bentuk kesalahan yang paling pokok berupa salah pengertian, salah pemahaman, salah menafsirkan dan tidak menguasai konsep-konsep dasar. Dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan itu maka siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. 

2. Program Pengayaan 

Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Siswa yang cepat dalam belajar mempunyai sisa waktu yang berlebih dalam belajar, untuk itu mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya. 

3. Peningkatan Motivasi Belajar 

Di sekolah sebagian siswa mungkin, telah memiliki motif yang kuat, untuk belajar, tetapi sebagian lain mungkin belum. Disisi lain, mungkin juga ada siswa yang semula motifnya amat kuat, tetapi menjadi pudar. Tingkah laku seperti kurang bersemangat, jera, malas, bosan dan sebagainya dapat dijadikan indikator kurang kuatnya motif ( motivasi) dalam belajar. 

Guru bidang studi, guru pembimbing dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan menurut Prayitno (1994) adalah : 

1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar, siswa akan didorong untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. 

2) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa 

3) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan 

4) Memberikan hadiah ( penguatan dan hukuman bila perlu). 

5) Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dengan murid. 

6) Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu ( seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, menjengkelkan) 

7) Melengkapi sumber dan peralatan mengajar. 



4. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik 

Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan yang belajar yang efektif. Tetapi masih ada siswa yang yang mengamalkan sikap dan kebiasaan belajar yang tidak diharapkan dan tidak efektif. Bila siswa tidak memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik maka dikhwatirkan siswa tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan kerja keras. 

5. Layanan Konseling Individual 

Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan tata muka ini klien dapat menyampaikan masalah-masalah yang dirasakan pada konselor dan masalah itu bisa dicermati dan diupayakan pengentasannya melalui pembahasan dengan konselor. 



DAFTAR RUJUKAN 

Koestoer, Partowisastro. 1982 . Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar Jilid I. Bandung : Tarsito. 

Tim Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. 2005. Bahan Ajar Belajar dan Pembelajaran. Padang : UNP Press. 

Oemar, Hamalik. 1983. Metode Belajar Dan Kesulitan Belajar . Bandung : Tarsito.
Slameto. 1988. Belajar Dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar